Di awal-awal kehidupan kalian ... Dimana jalan yang akan ditempuh, insya allah masih panjang ... Jangan pernah lupa untuk sesekali menengok ke belakang, kenangan-kenangan yang nantinya menjadi bekal untukmu melangkah di masa datang ...

 
Tuesday, August 29, 2006
Piala Naila
 

Hari Sabtu, 26 Agustus kemarin, Mamah dan Papah dapat kejutan dari Naila. Ceritanya berawal 2 minggu yang lalu, kalau tidak salah ingat - bertepatan dengan jadwal check up Mamah, tanggal 9 Agustus. Malamnya Naila bercerita sambil lalu, bahwa Dia terpilih untuk mewakili sekolahnya SD Bina Talenta untuk ikut lomba gambar. Dan seperti biasa, jika Mamah tanya lebih detil, dimana, kapan, siapa saja yang ikut dlsbnya, jawaban Naila: "Tidak Tahu". Iiiihh.... Mamah gregetan deh, dari sejak Naila TK sampai sekarang, Naila tuh klo ditanya detil tentang kegiatan di sekolah, nggak pernah bisa cerita banyak. Paling banter jawabannya: "Nggak Tahu", "Lupa Lagi".

Makanya malam itu, Mamah juga hanya membantu Naila menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk ikut Lomba gambar. Karena Naila berangkat dari sekolah, maka Mamah mempercayakan sepenuhnya ke pihak Sekolah, dalam artian Mamah tidak perlu ikut mengantar. Sore harinya, ketika Mamah bertanya tentang bagaimana lomba menggambarnya, Naila hanya memperlihatkan kaos berwarna hijau. Dari Kaos itu lah Mamah tahu, bahwa Naila mengikuti lomba Gambar yang diadakan perpustakaan Prof. Doddy Tisna A. Malam itu mamah sudah mencoba memancing cerita dari mulut Naila tentang lomba menggambar itu. Tapi seperti biasa, tidak ada hal istimewa yang Naila ceritakan.

So..., rutinitas harian pun membuat Mamah melupakan lomba gambar itu. Sampai jum'at sore, Naila memberitahu Mamah, bahwa besok Sabtu jam 11 Naila harus datang ke sekolah. Tumben, karena sejak tahun ajaran ini, SD Bina Talenta memberlakukan full day, sehingga Naila biasanya bersekolah dari senin-jum'at saja. Ternyata menurut Naila, besok ada pengumuman lomba gambar. OK. Tanpa tendensi apa-apa, jadilah Sabtu siang itu, Mamah mengantarkan Naila ke Sekolah jam 10.45. Di Sekolah Mamah bertemu dengan Kepala Sekolah, ibu Henny.

Mamah: "Jadi, bagaimana acara pengumumannya hari ini Bu?"
Bu Henny: "Acara pengumumannya dilangsungkan di Taman Pramuka di jalan Riau, Bu. Sebetulnya acaranya sudah mulai dari jam 9, tapi setelah dilihat di jadwal acara, Pengumuman lomba gambar akan dilangsungkan pukul 12. Jadi supaya anak-anak tidak terlalu lama menunggu, Kami akan berangkat dari sekolah pukul 11. Anak-anak diwajibkan datang karena kebetulan kita masuk nominasi Bu."
Mamah: "Oh begitu, siapa yang masuk nominasi?"
Ibu Henny: "Belum tahu, Bu. Sebetulnya kami sendiri tadinya tidak begitu berharap. Apalagi Bina Talenta hanya mengirimkan 8 peserta, dari kelas 1-3. Kalau sekolah lain ada yang mengikutsertakan sampai 40 anak."
Mamah: " Kalau begitu, nanti Naila saya jemput saja di Taman Pramuka pukul 12.30, kebetulan kami ada acara keluarga pukul 13.00"

So ... tanpa harapan apa-apa, Mamah & Papah pulang dulu ke rumah. Mamah sempat menyuapi dulu Zahra dan Reyhan makan siang. Jam 12.15 kami berangkat dari rumah menuju Taman Pramuka untuk menjemput Naila. Sesampainya disana, sempat kesulitan mencari tempat parkir, Reyhan dan Zahra tertidur di mobil. Karena Zahra tidur di pangkuan Mamah, jadilah Mamah mengutus Papah untuk mencari Naila di kerumunan orang-orang. Biar cepat, kontak Bu Heni dulu aaahhh...

Mamah: "Halow... Bu, kami sudah sampai. Ibu dan Naila ada di sebelah mana?"
Bu Heni: "Di dekat panggung Bu. Naila dapat juara. Ibu langsung ke sini deh, kalau2 mau mengabadikan".
Mamah: "Baik... baik bu"
Mamah: "Pah, cepetan gih... ini kameranya (Beneran kata Ummi Irsyad, Digicam teh harusnya dikalungin aja di leher) ... cepetan ke panggung. Naila dapat juara".

Tanpa berkomentar dan nunggu disuruh 2x, Papah langsung loncat dari mobil dan berjalan mendekati panggung. Duh, klo Reyhan dan Zahra nggak tidur, mau rasanya Mamah ikutan lari ke dekat panggung, pengen lihat ekspresinya Naila. Soalnya ini kali pertama Naila ikutan dalam lomba gambar. dan langsung dapat juara, tapiii .. juara ke berapa yaa?? Penasaran deh ih. 1 menit .... 5 menit .... 15 menit ... Mamah coba menajamkan pendengaran, tapi suara-suara dari panggung nggak sampai ke tempat mobil kami parkir. Kok lama yaa ... tengok kiri & kanan.. Eh itu papa datang, tapi Naila kok ngga ada ...

Mamah: "Dapat juara ke berapa pa?"
Papah: "Juara ke satu"
Mamah: "Hah??? Nggak nyangka. Dapat piala dong?"
Papah: "Iya."
(Biasa si Papah mah, entah jaim atau apa, jawabannya kok pendek-pendek gitu. Sekarang Mamah tahu, Naila dapat gen dari mana, klo ditanya jawabannya nggak pernah detil. :-))
Mamah: "Terus Naila nya sekarang mana?"
Papah: "Biasaaa... anakmu tuh. Mau main dulu katanya"
Mamah: "Tapi sekarang kan kita udah telat mau ke ultahnya Bi Idah (adiknya Nenek)"
Papah: "Sana .. ajakin pulang"

Zahra terbangun sewaktu Mamah berikan Zahra ke Papah. Langsung Mamah pergi mencari Naila. Ketemu di saat Naila bersama teman-temannya sedang bermain ayunan. Melihat Mamah, Naila langsung berlari.
Naila: "Mamah ... aku dapat juara ke-1"
Mamah: "Wah... selamat yaa."
Mamahnya Mira (teman Naila) ikut juga menyalami Mamah, mengucapkan selamat. Begitu pun Ibu Henny dan ibu Obin (ketua Yayasan Bina Talenta). Naila menunjukan piagam, hadiah dan piala yang diterimanya dengan bangga. Segera Mamah mengeluarkan 'senjata andalan' dan meminta Naila untuk berpose dengan ibu dan bapak guru, teman dan pialanya. Untuk kenang-kenangan. Pada saat memotret, yang terlintas adalah saat saat dimana Mamah sempat salah langkah dalam mengantisipasi hobi Naila menggambar.

Hobi mewarnai Naila dimulai di usia 2 tahun. Dari sekedar mewarnai tidak beraturan menggunakan pensil warna, spidol, crayon dan kemudian mengenal cat air. Dari belajar mewarnai, Naila mulai menggambar. Setelah Mamah perhatikan, Naila lebih suka menggambar daripada mewarnai. Banyak gambar Naila dibiarkan tetap hitam putih. Daripada mewarnai gambarnya yang sudah jadi, Naila selalu lebih suka mengambil kertas baru dan menggambar lagi.

Hobinya ini berlanjut di usia TK. Dan ketika masuk SD makin menjadi. Tidak bisa melihat kertas kosong, Kertas A4 1 Rim, cepat menjadi lahan gambar Naila. Buku-buku catatannya pun tidak luput dari gambar. Mulai dari halaman belakang, sampai 'header' ataupun 'footer' dari bukunya penuh dengan gambaran. Karena Mamah pengen mengenalkan konsep buku catatan yang rapih dan bersih, apalagi kemudian ada pesan dari ibu Guru di Buku Catatan/Buku PR-nya: "Naila, gambarnya bagus. Tapi lain kali kalau Naila mau menggambar, di buku Gambar saja ya. Supaya Buku Catatan Naila rapih."; maka Mamah mulai 'melarang' Naila untuk menggambar di Buku Catatan. Mamah belikan Naila Buku Gambar. dan meminta Naila untuk menggambar di Buku Gambar saja, sementara Buku Catatan ya untuk buku Catatan saja, jangan digambari. Juga ketika Mamah meminta Naila untuk memulai hidup "sadar lingkungan". Jangan 'menghambur-hamburkan' kertas. Karena mood menggambar Naila itu aneh. Kadang gambar baru 1/2 jadi, dia tinggalkan dan ambil kertas baru. Kertas 1 Rim tiba-tiba tinggal 1/2 Rim.

Sampai akhirnya di awal semester ke-1 Kelas 2, SD Bina Talenta mengadakan Psikotest dan Mamah sempat berdiskusi dengan Psikolog. Ketika Mamah ceritakan tentang hobi menggambar Naila dan bagaimana Mamah menyikapinya, sang Psikolog meminta Mamah untuk membiarkan Naila berekspresi sebebas-bebasnya. Begini katanya:
Psikolog: "Ibu, apabila Naila senang menggambar, janganlah dibatasi. Biarkan saja. Mau menggambar di Buku Catatan, di Kertas untuk Printer. Apa yang ibu anggap buang-buang kertas itu, bagi Naila adalah bentuk ekspresi, ide yang harus dituangkannya. Saya percaya Ibu sanggup membelikan Naila, 10 sampai 100 Rim kertas. " (aduuuh.... Mamah tersentuh banget).
Jadi sejak saat itu, Mamah tidak pernah lagi ngomel-ngomel, klo mau nyetak dokumen, harus keliling dulu cari kertas, Beberapa gambar hasil kreasi Naila pun menghiasi dinding ruang kerja Mamah. Paling happy deh, Naila kalau maen ke kantor Mamah and ngelihat gambar2nya terpajang di dinding kantor, dekat dengan layar monitor. Teruslah berkreasi Nak, Keluarkan ekspresimu ....

posted by Amalia @ 8:31 AM   3 comments

Daisypath Ticker

CHECK UP
 
Sekitar 2 Minggu lalu, Rabu tanggal 9 Agustus, Mamah kebagian check up. Kegiatan ini rutin diadakan 2 tahun sekali oleh Perusahaan, tempat Mamah menyelesaikan ikatan dinasnya.

Tahun 2004 lalu, Alhamdulilah, hasilnya ‘bagus’, kecuali kolesterol yang tepat di ambang batas. Jadi ketika diberitahu, bahwa jadwal Mamah check up jatuh pada tanggal 9 Agustus lalu, Mamah mengkhawatirkan hasilnya, terutama Kolesterol-nya itu ditambah Gula Darah, berhubung Mamah punya keturunan Diabetes dari Nenek (Mamahnya Mamah … hi… hi … bingung kan??? J). Jadi sempat ragu-ragu, pergi – jangan – check up – jangan … Apalagi beberapa orang teman kantor, ada yang punya ‘aliran’, nggak akan check up, supaya tetap bisa menikmati hidup (Maksudnya makan tidak berpantang, bisa merokok, dll).

Tapi setelah menimbang-nimbang, akhirnya Mamah memutuskan untuk pergi juga. Check up? Siapa Takut!.
Jadilah pada hari itu Mamah mengikuti serangkaian tes, mulai tes darah setelah puasa dari jam 9 malam (Klo itu mah sudah biasaaaa, setiap hari juga jadwal Mamah makan terakhir adalah jam 6 maghrib. Sesudah itu sudah tidak ada makanan lagi yang masuk ke dalam perut. Diet? Oooh ... buuukaaaaan, cuman jadwal kegiatan yang penuh dengan ketiga kurcaci di rumah, menyebabkan Mamah dengan terpaksa ’meninggalkan’ hobi ngemil di atas jam 7 malam. Bukan Cuma good bye ke hobi ngemil, hobi baca (novel) dan nonton film (dvd hollywood) pun sudah tidak dilakoni lagi .... Soalnya setiap malam, ketika semua kurcaci tertidur kecapaian, Mamahnya kurcaci juga ikut tewas kecapaian. Hi..hi..hi.. Tapiiii ...Loh kok jadi ngobrolin soal hobi?

Balik lagi ke soal check up, tes urine, tes darah 2 jam stlh makan, periksa gigi, rontgen, THT, jantung dll. Kelar jam 10 pagi, Jam 14 siang, hasilnya sudah keluar dan bisa di-konsulkan ke Internist.

Daaann .... Eng ... Ing ... Eng... (Hi...hi... kayak nunggu hasil ujian keluar, deg-deg-an, takut dinyatakan ’tidak lulus’ ... J). Ternyata Mamah ’lulus’ di semua mata ujian ooopssss... di semua ’tes’. Nilai-nilainya semua memuaskan dalam artian berada dalam batas normal. Termasuk Kolesterol dan Gula Darah. Hanya Asam Urat yang dinyatakan berada dalam zona lampu kuning.

Internist: ”Secara keseluruhan, hasil check up ibu (Haloooo ... dipanggil Ibu, gimana nih jeng Yanti??? J) baik. Kecuali Asam Uratnya. Tapi masih berada di ambang normal. Jadi mulai sekarang ibu kurangi saja makan makanan yang enak-enak.”
Mamah: ”Dok, tolong definisikan dulu makanan yang enak-enak itu apa??”
Internist: $#?!$#^%(*&*^

Tentu saja mamah kebingungan dengan definisi makanan enak. Berhubung kok yaa semua makanan di lidah mamah terasa enak. Tentu saja klo cara pengolahannya baik dan benar, hasilnya jadi enak. Yang penting eeenaaak (kata iklan salah satu susu kental manis dengan merk tersebut).

Jadi Mamah mulai membuat list / daftar Makanan Enak yang harus dikurangi.

Cheese Cake, Black Forest, Brownies (baik yang kukus maupun yang panggang) ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Pizza, Martabak, Roti ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Kastengel, Nastar, Lidah kucing, Putri salju ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Nasi, Lontong, Ketupat, Lemper ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Steak, Bistik, Opor, Sate, Rendang, Gepuk, Sop Buntut, Sop Iga ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Gado2, Lotek, Sayur Asem, Sayur Lodeh, Daun pepaya, Daun singkong ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI
Ikan asin, pepes ikan, sop gurame, goreng bawal, Udang ... termasuk makanan Enak. HARUS DIKURANGI

Laaah ... Trus Daku harus makan apa toh?
posted by Amalia @ 8:02 AM   2 comments

Daisypath Ticker

Monday, August 28, 2006
Horeeee ... Bisa posting lagi
 
Hampir 2 minggu, Mamah kesulitan login. Entah setting browser-nya yang salah, login box-nya blogger, 'nyumput' (sembunyi) dari layar monitor. Biasalah ... "Page cannot Display" tea yang tampil. Hampir aja, Mamah nyerah, mau bikin blog baru di kompetitornya blogger.
Tapi rupanya ... alamat http://nailareyzahra.blogspot.com masih diberi kesempatan untuk terus 'bernapas'.

Ternyata setting cookie-nya yang salah. Padahal masalah per-cookie-an mah, Mamah jagonya. Resep lah kana cookie-cookie-an teh. (Maksudnya sama kue-kue gitchuuu... Klo trouble cookie yang seminggu kemaren mah, ampun deh, nggak mau ngalamin lagi, bikin parno. ).

Jadi, mudah-mudahan mulai minggu ini, Mamah bisa melanjutkan ber-Happy Posting - Ria.

Hmmmm ... Nulis apa yaaa, kok sekarang malah mentok idenya ???
Mikir dulu ahhhh
posted by Amalia @ 3:22 PM   1 comments

Daisypath Ticker

Friday, August 11, 2006
Ayo bermain Ciluk Baaa
 

posted by Amalia @ 8:55 AM   3 comments

Daisypath Ticker

Wednesday, August 09, 2006
Batuk & Pilek, alergi kah??
 
Hari Senin kemaren, Reyhan tidak sekolah. Sakit perut & batuk pilek. Memang sejak Jum'at Minggu lalu, Zahra & Reyhan batuk pilek. Sementara Naila suaranya juga mulai bindeng, and hidungnya tersumbat. Langsung Mamah pompa dengan makanan dan suruh banyak istirahat. Makanya weekend kemaren, acara kami stay at home ajah.
Sementara Naila hari senin sudah bisa beraktivitas biasa, Reyhan tumbang juga. Apalagi setelah senin shubuh, terkena diare. Mamah coba bertahan, ngga langsung ke dokter. Disuruh banyak minum & makan makanan berkuah. Alhamdulilah, diarenya cuman 1 hari, tapi batuk pileknya masih, terutama kalau pagi & malam aja.
Zahra pun begitu. Batuk & pilek lagi. Terkena udara bandung yang kalau malam & shubuh serta pagi, dingiiinn ... langsung deh batuk pilek. Apa Reyhan & Zahra ini alergi udara dingin yaa??? Males dibawa ke dokter, apalagi nanti klo sudah kena 'vonis' ISPA ... obat deh dijejalin.
Kecuali mungkin ada bloggers yang punya referensi dsa yang bagus (-dalam artian, nggak sembarangan jejalin obat) di bandung? Pleeeaaaseeee, let me know yaaa.
BTW. klo diuap, supaya dahaknya keluar itu, termasuk treatment yang pake obat nggak yaaa ?? Give me some advise, ... Biarpun sudah punya 3 anak, kadang daku masih suka ketinggalan info kesehatan. ...
posted by Amalia @ 10:51 AM   0 comments

Daisypath Ticker

Thursday, August 03, 2006
Bermain Air
 

Suatu senja di awal bulan Agustus 2006 ...
Mamah : Reyhan tadi di sekolah senang ? Nangis nggak ?
(Sudah 2 minggu ini, Reyhan sekolahnya nggak ditunggui. Hanya diantar sopir dan kemudian dijemput sewaktu pulang).
Reyhan: Aku nggak nangis. Aku pinter.
Mamah: Iya. Reyhan pinter. Trus Reyhan belajar nyanyi lagu apa tadi dengan bu Guru?
(Akhir-akhir ini Reyhan juga nambah koleksi lagu-lagunya. Diajari ibu Guru di sekolah)
Reyhan: Nggak, aku ngga nyanyi.
Mamah masih terusin wawancara. penasaran dong, anak ini tadi ngapain aja di sekolah.
Mamah : Oooh... Trus tadi Reyhan menggambar atau mewarnai?
Reyhan: Aku tidak menggambar . . .Aku tadi main air. Mukaku basah, hidungku dan tanganku basah. Rambut aku basah juga.
Mamah: Wah ... Reyhan main di kolam yang ada ikannya ? Memangnya boleh sama bu Guru, kolam ikannya diubek-ubek???
Reyhan: Nggaaak ... aku main air sama bu Guru. Tlus aku solat.
Mamah (geli): Oooh itu mah namanya wudhu. Klo main air sebelum sholat, namanya Wudhu.
Reyhan: Bukaaan ... Bukaann Wudhu!!!
Naila (nimbrung): Klo sebelum sholat, ya namanya Wudhu !!
Reyhan (teriak sudah pake emosi) : BUUKAAAANNN .... BUKAN WUDHU .... !!
Naila : WUDHUUU !!!
Wah alamat perang saudara pecah, cepat - cepat Mamah nengahi ...
Mamah : Ya..yaa...Naila, mungkin tadi ibu Guru bilang ke Reyhan-nya bukan ngajakin wudhu, tapi ngajakin main air. Makanya Reyhan bilang itu Main Air. Nanti juga sama bu Guru dikasih tahu, kalau itu namanya Wudhu.
Reyhan (keukeuh) : Bukan Wudhu !!!
Mamah : Iya ... bukan Wudhu.
Reyhan senang, Naila senang, Mamah juga senang, - karena berhasil mencegah perang saudara.
Note:
Lucu juga klo Reyhan tidak kenal dengan Wudhu. Padahal sudah sering Reyhan ikut Mamah/Papah ber-wudhu kemudian sholat berjamaah (biasanya sholat maghrib dan isya). Malah biasanya begitu ada Adzan Maghrib di TV, Reyhan juga suka langsung nyuruh Mamah sholat. O iya, Mamah juga punya cerita soal pengalaman sholat berjamaah bareng Reyhan, tapi itu di postingan berikutnya ajaaaa
posted by Amalia @ 10:34 AM   3 comments

Daisypath Ticker

STANDING UP
 
Alhamdulilah ….Zahra mulai berdiri tepat di usianya yang 7 bulan 3 minggu. Padahal merangkak pun masih suka nyungsep. Duduk tegak sendiri tanpa sandaran? Sudah bisa , tapi masih belum lama. Tapi toh itu tidak menghalangi Zahra untuk berdiri. Mamah ter-kaget-kaget ketika pertama kali melihat Zahra berdiri, di dalam box. Soalnya Mamah tidak men-'training' Zahra untuk mulai berdiri akhir-akhir ini.
Diawali dengan berpegangan pada pagarnya, Zahra bertumpu pada kedua lututnya. Kegiatan ini sudah dijalani Zahra selama 3 minggu, apabila dia ingin melihat ”Dunia” di sekitar box bayi-nya. Biasanya dari celah jeruji kayu, Zahra intip apa yang Mamah dan ke-2 kakaknya lakukan di tempat tidur utama kami.
Merasa tidak puas, pastilah terhalang jeruji kayu, Zahra mencoba bertumpu pada kedua lututnya dan menyandarkan dagunya pada ”pagar” kayunya. Lumayan ... dengan cara begini, Zahra bisa dengan puas melihat ke-2 kakaknya meloncat-loncat di atas tempat tidur besar.
Tapi lama kelamaan, Zahra pun bosan. Hidup harus penuh dengan tantangan. Jadi dengan pedenya, malam itu Zahra memutuskan untuk BERDIRI. Mamah yang mengawasi dari tempat tidur besar, langsung melompat. Subhanallah. Kaget tentu. Setelah hilang rasa kagetnya, Mamah langsung sibuk cari Digicam. Peristiwa bersejarah begitu kan harus di-abadikan :-). Tapi melihat Mamah sibuk buka laci lemari, Zahra kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Untungnya masih di dalam Box. Digicam is on, Mamah terus pancing-pancing supaya Zahra mau berdiri lagi. Tapi malam itu, Zahra merasa cukup dan tidak mau berdiri lagi.
Akhirnya Mamah nelpon Papah, kasih tahu kemajuan yang sudah Zahra dapat hari ini. Inilah salah satu kerugiannya Papah kerja di Jakarta. Sering ketinggalan momen-momen seperti ini. Tapi apalah daya, klo rejeki keluarga kita harus papah jemput di Jakarta, ya disyukuri saja. Insya Allah, suatu saat nanti kita pasti berkumpul setiap hari sebagai keluarga. Iya ngga Pah ???

Besok malamnya, Mamah tunggu-tunggu lagi peristiwa ”Standing up”-nya. Tertarik dengan mainan yang digantung di atas box, akhirnya Zahra berdiri juga dan kali ini Mamah berhasil mengabadikannya karena Digicam-nya sudah langsung disimpan di tempat yang terjangkau oleh Mamah.

Note:
Setelah Zahra bisa berdiri, pagar box terpaksa harus ditinggikan (atau lebih tepatnya kasur box yang diturunkan). Soale klo Zahra berdiri di dalam box, pagarnya hanya memagari sampai perutnya. Jadi Mamah “araringgis” (khawatir). Takut Zahra jumpalitan melewati pagar.
Jadi laporan terakhir menyebutkan :
Bahwa setelah Zahra berdiri pun di dalam box, tinggi pagar sampai ke hidungnya. Jadi terpaksa, Zahra kembali mengintip dari jeruji kayu. Sabar ya nak, pertumbuhan tinggi mu kan lumayan pesat. Sebentar lagi, pasti box bayi itu bakal pensiun dan Zahra bisa ikut melompat-lompat di kasur besar. Insya Allah.
posted by Amalia @ 8:54 AM   2 comments

Daisypath Ticker

Black (is) Beauty
 
Scene :
Sekitar April 2006. Naila & Mamah sedang bermain dengan Zahra di atas kasur di ruang tidur utama. Zahra sedang asyik gulang-guling kesana kemari. Naila memandang Zahra lekat-lekat.

Naila : Mamah ...
Mamah : Ada apa Kak ?
Naila : Nanti kalau de Zahra sebesar aku, kulit de Zahra akan hitam seperti kulit aku kan, tidak akan seperti kulit Reyhan.
Mamah (berpaling, dan melihat pada Naila) : Memangnya kenapa kulit kakak ?
Naila : Kulit aku kan hitam.
Mamah : Warna Kulit kakak bukan hitam, tapi sawo matang. Seperti kulit mamah kan (mendekatkan tangan Mamah ke tangan Naila).
Naila : Kalau Reyhan ?
Mamah : Kalau kulit Reyhan seperti kulit Papah.
Naila (dengan mata berbinar) : Klo begitu de Zahra pun nanti kulitnya seperti aku dan Mamah kan? Kan de Zahra perempuan, jadi pasti mirip Mamah.
Mamah : Oooh ... Klo de Zahra sih kayaknya kulitnya seperti kulit Reyhan dan Papah.
Naila (tiba-tiba ada mendung menggayuti di wajahnya) : Kenapa kalau aku beda ? kulit aku kok hitam.
Mamah : Lho ... Naila nggak beda. Kan tadi mamah sudah bilang, klo Naila mirip Mamah. Kulitnya sawo matang.
Naila : Nggak ada kulit sawo matang. Yang ada kulitnya putih atau hitam.
Mamah : Justru kebanyakan orang indonesia itu kulitnya sawo matang. Coklat bukan hitam. Kakak kan tahu warna hitam seperti apa. Coba kakak mewarnai pake pensil atau spidol warna hitam. Tidak sama kan dengan kulit kakak.
Naila : Iya, tapi kalau kulitnya hitam kan tidak cantik.(keukeuh soal warna kulit hitam)
Mamah : Ah .. kata siapa. Kulit Mamah sawo matang, tapi coba kakak tanya sama Papah, pasti Papah bilang Mamah cantik (Uh ... si Mamah GR. Tapiii ... mudah2an saja setelah 6 tahun masa pacaran dan 9 tahun pernikahan, Papah masih bisa melihat kecantikan di diri Mamah. Iya ya Pah ? Pah ???)
Mamah (meneruskan pidato): Naila kan anak Mamah. Kulitnya mirip seperti Mamah. Jadi pasti Naila juga cantik seperti Mamah. Apalagi kalau Naila banyak bersyukur pada Allah. Naila bisa sekolah, bisa makan, masih punya Mamah dan Papah, apa lagi coba kenikmatan dari Allah buat Naila ???
Naila : Punya banyak boneka, banyak baju, banyak buku ...
Mamah : Tuh kan, jadi Naila tidak boleh menyesali karena Allah yang memutuskan. Mungkin kata Allah, Naila itu kulitnya paling cocok sawo matang, sama seperti Mamah.
Naila tersenyum dan perhatiannya terusik kembali kepada Zahra.

Dalam hati Mamah membatin. Ini dia korban iklan TV yang selalu menampilkan wanita-wanita cantik berkulit putih halus mulus, berambut hitam lurus, bertubuh ramping langsing. In the real world, bisa dihitung jari deh, wanita-wanita seperti itu. Dan kayaknya wanita2 yang jumlahnya tidak banyak inilah yang kemudian jadi tolok ukur seseorang merasa cantik atau tidak. Bahkan untuk seorang gadis cilik berumur 7 tahun.

Tiga hari kemudian, Mamah punya kesempatan ngobrol dengan ibu Gurunya, bu Heni. Mamah ceritakan tentang ”kegalauan” Naila yang mempunyai kulit sawo matang (keukeuh ... nggak mau nyebut kulit hitam, soale daku nggak ngerasa punya kulit hitam nih, tapiii kalau dibandingkan sama yang kulitnya ”terang”, kulit daku memang lebih gelap ...ngakuuuu). Mamah berharap bu Heni, bisa ikut membantu Mamah, menyadarkan Naila untuk menerima dirinya apa adanya.

Mendengar cerita Mamah, Bu Heni terkesiap dan terkejut, lantas meminta maaf. Tentu saja Mamah kaget, karena .... ... Ternyata ... Oh .... Ternyata .... semuanya itu bermula dari suatu ”Game” dalam pelajaran Olahraga. Dimana dalam satu kelompok, anak-anak diminta untuk beradu cepat, berbaris mulai dari yang paling pendek sampai paling gemuk, paling muda sampai paling tua, yang rambutnya paling lurus sampai paling keriting, daaan ... dari yang kulitnya paling putih sampai yang kulitnya paling hitam.
Tujuannya sih memang baik. Mengasah kemampuan anak-anak untuk bekerjasama dalam kelompok, saling berdiskusi, beradu argument, memecahkan masalah siapa berdiri di urutan keberapa. Siapa sangka pada akhirnya, bisa membekas begitu dalam di diri Naila.

Bu Heni berjanji untuk mengajak Naila berbicara dari hati ke hati mengenai masalah ini. Selama Beberapa hari ke depan pun, Mamah selalu dengan halus memberitahukan pada Naila bahwa kecantikan seseorang tidak dilihat dari apa warna kulitnya, bagaimana bentuk hidungnya, lurus atau keritingkah rambutnya, tinggi atau pendek kah badannya. Bahwa Naila cantik apa adanya. Bahwa SETIAP Makhluk Hidup ciptaan-NYA, cantik karena merupakan ciptaan dari YANG MAHA SEMPURNA.

Percayalah Nak, Jalanmu masih panjang, masih banyak halangan dan rintangan, kerikil-kerikil di jalan kehidupanmu. Di saat-saat SMP/SMA mu nanti, pertanyaan yang sama masih akan ada, mengusik. Mamah pun pernah mengalaminya. Ingin memiliki rambut lurus hitam terurai, ingin memiliki tubuh yang 5 cm lebih pendek, ingin memiliki kulit yang lebih terang ... dan 1001 keinginan lainnya karena manusia memang tidak pernah merasa puas.
Tapiii ... kita punya banyak kelebihan dibandingkan mereka yang kekurangan. Bahkan Allah SWT menetapkan kita terhindar dari Tsunami di Pangandaran saat kita berlibur kemaren. Tidakkah kau sadari Anakku, betapa DIA menyayangi kita ? Syukurilah apa yang kau punya, jangan kau sesali apa yang tidak kau punya.
I Love You, Naila ... Dari pertanyaan-pertanyaan mu Mamah belajar banyak.
ps. : Tapi berusaha kan memang diharuskan, jadiii kurangi bermain di bawah terik matahari, klo berenang cari kolam indoor, atau di pagi/sore hari, terus kayak Mamah deh, klo beli lotion, pasti pilih yang whitening juga. Hiks...hiks... korban iklan. :-(
posted by Amalia @ 7:40 AM   2 comments

Daisypath Ticker

Tuesday, August 01, 2006
Let's GET LOUD
 

My Three Angels.
Miripkah mereka satu sama lain ???
Keceriaan ... sudah pasti itu yang mereka hadirkan setiap hari di rumah kami
Keributan ... juga hadir mewarnai di setiap senja hari saat kami berkumpul
Pertengkaran ... yang satu ini Mamah punya cerita segudang Naila vs Reyhan
Kedamaian ... itu yang selalu Mamah rasakan tiap malam, kala memandang wajah-wajah ini pulas dalam buaian mimpi mereka ...
Ya Allah ... terima kasih atas anugerah-Mu padaku
posted by Amalia @ 9:16 AM   0 comments

Daisypath Ticker

   
 

Our Birthday :
 
Lilypie 6th to 18th Ticker
 
Lilypie 5th Birthday Ticker
 
Lilypie 2nd Birthday Ticker
About Me

Amalia
Bandung, Indonesia
a Wife, Mother of 3 children, an Employee


See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox


Free shoutbox @ ShoutMix

My Family
Coretan Naila
Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER
Free Shoutbox Technology Pioneer

since 06/10/06
Counter
Counter