Naila : Mamah ...
Mamah : Ada apa Kak ?
Naila : Nanti kalau de Zahra sebesar aku, kulit de Zahra akan hitam seperti kulit aku kan, tidak akan seperti kulit Reyhan.
Mamah (berpaling, dan melihat pada Naila) : Memangnya kenapa kulit kakak ?
Naila : Kulit aku kan hitam.
Mamah : Warna Kulit kakak bukan hitam, tapi sawo matang. Seperti kulit mamah kan (mendekatkan tangan Mamah ke tangan Naila).
Naila : Kalau Reyhan ?
Mamah : Kalau kulit Reyhan seperti kulit Papah.
Naila (dengan mata berbinar) : Klo begitu de Zahra pun nanti kulitnya seperti aku dan Mamah kan? Kan de Zahra perempuan, jadi pasti mirip Mamah.
Mamah : Oooh ... Klo de Zahra sih kayaknya kulitnya seperti kulit Reyhan dan Papah.
Naila (tiba-tiba ada mendung menggayuti di wajahnya) : Kenapa kalau aku beda ? kulit aku kok hitam.
Mamah : Lho ... Naila nggak beda. Kan tadi mamah sudah bilang, klo Naila mirip Mamah. Kulitnya sawo matang.
Naila : Nggak ada kulit sawo matang. Yang ada kulitnya putih atau hitam.
Mamah : Justru kebanyakan orang indonesia itu kulitnya sawo matang. Coklat bukan hitam. Kakak kan tahu warna hitam seperti apa. Coba kakak mewarnai pake pensil atau spidol warna hitam. Tidak sama kan dengan kulit kakak.
Naila : Iya, tapi kalau kulitnya hitam kan tidak cantik.(keukeuh soal warna kulit hitam)
Mamah : Ah .. kata siapa. Kulit Mamah sawo matang, tapi coba kakak tanya sama Papah, pasti Papah bilang Mamah cantik (Uh ... si Mamah GR. Tapiii ... mudah2an saja setelah 6 tahun masa pacaran dan 9 tahun pernikahan, Papah masih bisa melihat kecantikan di diri Mamah. Iya ya Pah ? Pah ???)
Mamah (meneruskan pidato): Naila kan anak Mamah. Kulitnya mirip seperti Mamah. Jadi pasti Naila juga cantik seperti Mamah. Apalagi kalau Naila banyak bersyukur pada Allah. Naila bisa sekolah, bisa makan, masih punya Mamah dan Papah, apa lagi coba kenikmatan dari Allah buat Naila ???
Naila : Punya banyak boneka, banyak baju, banyak buku ...
Mamah : Tuh kan, jadi Naila tidak boleh menyesali karena Allah yang memutuskan. Mungkin kata Allah, Naila itu kulitnya paling cocok sawo matang, sama seperti Mamah.
Naila tersenyum dan perhatiannya terusik kembali kepada Zahra.
Dalam hati Mamah membatin. Ini dia korban iklan TV yang selalu menampilkan wanita-wanita cantik berkulit putih halus mulus, berambut hitam lurus, bertubuh ramping langsing. In the real world, bisa dihitung jari deh, wanita-wanita seperti itu. Dan kayaknya wanita2 yang jumlahnya tidak banyak inilah yang kemudian jadi tolok ukur seseorang merasa cantik atau tidak. Bahkan untuk seorang gadis cilik berumur 7 tahun.
Tiga hari kemudian, Mamah punya kesempatan ngobrol dengan ibu Gurunya, bu Heni. Mamah ceritakan tentang ”kegalauan” Naila yang mempunyai kulit sawo matang (keukeuh ... nggak mau nyebut kulit hitam, soale daku nggak ngerasa punya kulit hitam nih, tapiii kalau dibandingkan sama yang kulitnya ”terang”, kulit daku memang lebih gelap ...ngakuuuu). Mamah berharap bu Heni, bisa ikut membantu Mamah, menyadarkan Naila untuk menerima dirinya apa adanya.
Mendengar cerita Mamah, Bu Heni terkesiap dan terkejut, lantas meminta maaf. Tentu saja Mamah kaget, karena .... ... Ternyata ... Oh .... Ternyata .... semuanya itu bermula dari suatu ”Game” dalam pelajaran Olahraga. Dimana dalam satu kelompok, anak-anak diminta untuk beradu cepat, berbaris mulai dari yang paling pendek sampai paling gemuk, paling muda sampai paling tua, yang rambutnya paling lurus sampai paling keriting, daaan ... dari yang kulitnya paling putih sampai yang kulitnya paling hitam.
Tujuannya sih memang baik. Mengasah kemampuan anak-anak untuk bekerjasama dalam kelompok, saling berdiskusi, beradu argument, memecahkan masalah siapa berdiri di urutan keberapa. Siapa sangka pada akhirnya, bisa membekas begitu dalam di diri Naila.
Bu Heni berjanji untuk mengajak Naila berbicara dari hati ke hati mengenai masalah ini. Selama Beberapa hari ke depan pun, Mamah selalu dengan halus memberitahukan pada Naila bahwa kecantikan seseorang tidak dilihat dari apa warna kulitnya, bagaimana bentuk hidungnya, lurus atau keritingkah rambutnya, tinggi atau pendek kah badannya. Bahwa Naila cantik apa adanya. Bahwa SETIAP Makhluk Hidup ciptaan-NYA, cantik karena merupakan ciptaan dari YANG MAHA SEMPURNA.
Tapiii ... kita punya banyak kelebihan dibandingkan mereka yang kekurangan. Bahkan Allah SWT menetapkan kita terhindar dari Tsunami di Pangandaran saat kita berlibur kemaren. Tidakkah kau sadari Anakku, betapa DIA menyayangi kita ? Syukurilah apa yang kau punya, jangan kau sesali apa yang tidak kau punya.
I Love You, Naila ... Dari pertanyaan-pertanyaan mu Mamah belajar banyak.
ps. : Tapi berusaha kan memang diharuskan, jadiii kurangi bermain di bawah terik matahari, klo berenang cari kolam indoor, atau di pagi/sore hari, terus kayak Mamah deh, klo beli lotion, pasti pilih yang whitening juga. Hiks...hiks... korban iklan. :-(
setuju Teh, iklan2 itu emang meracuni banget... tapi emang kita juga harus ngerawat diri :)