Alhamdulilah ….Zahra mulai berdiri tepat di usianya yang 7 bulan 3 minggu. Padahal merangkak pun masih suka nyungsep. Duduk tegak sendiri tanpa sandaran? Sudah bisa , tapi masih belum lama. Tapi toh itu tidak menghalangi Zahra untuk berdiri. Mamah ter-kaget-kaget ketika pertama kali melihat Zahra berdiri, di dalam box. Soalnya Mamah tidak men-'training' Zahra untuk mulai berdiri akhir-akhir ini. Diawali dengan berpegangan pada pagarnya, Zahra bertumpu pada kedua lututnya. Kegiatan ini sudah dijalani Zahra selama 3 minggu, apabila dia ingin melihat ”Dunia” di sekitar box bayi-nya. Biasanya dari celah jeruji kayu, Zahra intip apa yang Mamah dan ke-2 kakaknya lakukan di tempat tidur utama kami. Merasa tidak puas, pastilah terhalang jeruji kayu, Zahra mencoba bertumpu pada kedua lututnya dan menyandarkan dagunya pada ”pagar” kayunya. Lumayan ... dengan cara begini, Zahra bisa dengan puas melihat ke-2 kakaknya meloncat-loncat di atas tempat tidur besar. Tapi lama kelamaan, Zahra pun bosan. Hidup harus penuh dengan tantangan. Jadi dengan pedenya, malam itu Zahra memutuskan untuk BERDIRI. Mamah yang mengawasi dari tempat tidur besar, langsung melompat. Subhanallah. Kaget tentu. Setelah hilang rasa kagetnya, Mamah langsung sibuk cari Digicam. Peristiwa bersejarah begitu kan harus di-abadikan :-). Tapi melihat Mamah sibuk buka laci lemari, Zahra kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Untungnya masih di dalam Box. Digicam is on, Mamah terus pancing-pancing supaya Zahra mau berdiri lagi. Tapi malam itu, Zahra merasa cukup dan tidak mau berdiri lagi. Akhirnya Mamah nelpon Papah, kasih tahu kemajuan yang sudah Zahra dapat hari ini. Inilah salah satu kerugiannya Papah kerja di Jakarta. Sering ketinggalan momen-momen seperti ini. Tapi apalah daya, klo rejeki keluarga kita harus papah jemput di Jakarta, ya disyukuri saja. Insya Allah, suatu saat nanti kita pasti berkumpul setiap hari sebagai keluarga. Iya ngga Pah ??? Besok malamnya, Mamah tunggu-tunggu lagi peristiwa ”Standing up”-nya. Tertarik dengan mainan yang digantung di atas box, akhirnya Zahra berdiri juga dan kali ini Mamah berhasil mengabadikannya karena Digicam-nya sudah langsung disimpan di tempat yang terjangkau oleh Mamah.
Note: Setelah Zahra bisa berdiri, pagar box terpaksa harus ditinggikan (atau lebih tepatnya kasur box yang diturunkan). Soale klo Zahra berdiri di dalam box, pagarnya hanya memagari sampai perutnya. Jadi Mamah “araringgis” (khawatir). Takut Zahra jumpalitan melewati pagar. Jadi laporan terakhir menyebutkan : Bahwa setelah Zahra berdiri pun di dalam box, tinggi pagar sampai ke hidungnya. Jadi terpaksa, Zahra kembali mengintip dari jeruji kayu. Sabar ya nak, pertumbuhan tinggi mu kan lumayan pesat. Sebentar lagi, pasti box bayi itu bakal pensiun dan Zahra bisa ikut melompat-lompat di kasur besar. Insya Allah. |
halah... takut jatuh ngeliat yang gambar terakhir :D