Suatu malam sebelum pergi tidur, Naila mengajukan satu pertanyaan yang sangat 'dalem'. Naila: "Mamah, apa mamah termasuk orang yang sukses?" Ditanya seperti itu, jelas Mamah kaget, terdiam, termenung sejenak. Apakah aku termasuk orang yang sukses? Menjawab pertanyaan seperti itu, jelas tidak cukup dengan YA atau TIDAK. Jadi Mamah pun mencoba mencari jawaban yang proporsional untuk Naila. Mamah balik bertanya : "Maksudnya Kakak, Orang yang sukses itu apa?" Naila: "Kalau Mamah orang yang sukses, nanti mamah bisa ikutan bercerita di PBM kayak ibu Dian, mamahnya Thariq (teman sekelasnya Naila - red)" (PBM : Pengembangan Minat & Bakat, salah satu program dari sekolahnya Naila. Di awal Tahun, Bu Heny -Kepsek- pernah menyinggung tentang akan mengundang salah seorang Ortu Murid, untuk kemudian bercerita tentang pekerjaannya. Supaya anak-anak lebih mengerti tentang jenis pekerjaan, sehingga jika anak bercita-cita menjadi dokter, dia tahu secara lebih rinci apa sih pekerjaan dokter itu, ada spesialis apa saja, sekolahnya harus bagaimana dst.). Mamah: "Oh ... trus ibu Dian ceritanya tentang apa?" Naila: "Mamahnya Thariq itu kan Insinyur Kimia, pernah kerja di Perusahaan Es krim, trus pernah kerja di laboratorium" Mamah: "Ooh begitu..." Naila: "Jadi, Mamah orang sukses bukan? Kalau Mamah orang sukses, nanti aku bilangin ke bu Heni supaya Mamah diundang bercerita kalau ada PBM lagi." Mamah: "Kalau ukuran sukses itu dilihat dari sekolahnya selesai, sd-nya tamat, dilanjutkan smp, trus sma, kuliah sampai selesai, ya Mamah termasuk orang yang sukses. Tapiii jika dilihat dari sisi lain, mungkin mamah belum termasuk orang yang sukses, misalkan kalau dilihat dari rukun islam, Mamah belum menunaikan Rukun Islam ke-5, Naik haji. Berarti mamah belum sukses. Sebagai perempuan, mamah lahir, terus besar, kemudian menikah dan punya anak, mungkin mamah termasuk orang sukses. Tapi apakah mamah bisa mendidik anak-anak mamah menjadi manusia-manusia yang berguna, itu masih harus dibuktikan dulu. Berarti mamah belum termasuk orang yang sukses." Naila manggut-manggut, tapiii dari mukanya kelihatan kalau dia sebetulnya NGGAK MENGERTI. (Aduuh ... ada nggak sih manual book buat membesarkan anak?. Paling nggak klo ada panduan (troubleshooting) buat menjawab pertanyaan2 mereka... Harus cari referensi lagi nih ...) Akhirnya Mamah mencoba untuk menyederhanakan jawaban buat Naila Mamah: "Mungkin orang-orang akan menilai Mamah sebagai orang yang sukses di segi akademis atau pelajaran. Sering masuk rangking waktu di sekolah. Kuliah selesai tepat waktu, selalu naik tingkat, dan dapat gelar sarjana. Tapi Mamah sendiri sampai sekarang masih terus belajar, supaya bisa lebih sukses lagi." Naila: "OK, klo begitu aku nanti bilang bu Heni, supaya ngundang Mamah ke sekolah. Jadi mamah bisa ceritain tentang komputer yaaa" (Sampai sekarang Naila cuman tahu klo Mamah tiap hari di kantor kerja pake komputer.-red) Ketika Naila sudah terlelap di kamarnya, Mamah masih duduk di depan TV dan merenungkan kembali pertanyaan Naila. Apakah aku orang yang sukses? Apakah aku seorang (anak) yang sukses bagi kedua orang tuaku? Apakah aku seorang (istri) yang sukses bagi suamiku? Apakah aku seorang (ibu) yang sukses bagi anak-anakku? Apakah aku seorang (kakak/adik) yang sukses bagi saudara-saudaraku? Apakah aku seorang (karyawan) yang sukses bagi perusahaan tempatku bekerja? Apakah aku seorang (atasan) yang sukses bagi para asistenku (baca: pembantu & sopir)? Apakah aku seorang (teman) yang sukses bagi teman-temanku?
dan yang paling penting : Aaah.... aku masih harus belajar lagi. Aku masih harus berusaha lebih keras lagi. Aku masih punya beribu kekurangan. |
hihihy bener ya li, ukuran kesuksesan relatip banged yah.. :D
baedeweh, tengs banged yah buat ucapan slamat dan doanya :)