Selasa siang kemarin, sekitar pukul 14.10 WIB, Mamah mendapat telpon dari rumah. Bi Ade yang berbicara di telpon (sengaja Mamah translate ke b. indonesia, aslinya sih percakapan dilakukan dalam bahasa sunda campur bahasa indonesia) :
Bi Ade (BA) : Neng, ini ada pa Budi yang mau ngambil komputer yang rusak, mau dibetulin dulu katanya.
Mamah (M) : APA ??!!! Komputer apa ??!! Komputernya ngga rusak kok, jangan dikasih masuk kedalam orangnya.
BA (dengan suara bergetar) : Sah, Isah (bicara ke PRT satunya), kata Neng Fitri komputerna henteu rusak. Jangan dikasihkan.
M (mulai panik, volume suara mulai keras, nyaris teriak) : Jangan kasih masuk orangnya !!!
BA (mulai nyerocos, karena panik) ; orangnya sudah masuk, komputernya sudah dicabutin kabelnya, sudah diangkut ke ruang tamu ...
M (makin kaget, sekarang benar-benar TERIAK ke HP) : APA ??!! Orangnya ada di dalam rumah ??!! Orangnya masih ada ??!!
BA : orangnya langsung pergi !! Sah, Isah nih bicara ke Neng Fitri...
Isah (I): Haloo...
M : Sah, ada apa?? Jangan kasih masuk orangnya..
I (langsung nyerocos juga) : Iya ..ini teh tadi Isah lagi diatas, lagi ngangkatin jemuran, terus dipanggil sm bi Ade, tapi hujan, jadi Isah ngangkatin jemuran dulu, waktu turun, orangnya sudah nyabutin komputer..
M (ngga sabar) : SEKARANG orangnya mana ??!! Masih Ada ??!!
I : sudah pergi, katanya nanti aja kembali lagi jam 4 kalau ibunya sudah pulang...
M (*Paling ngga penjahat itu sudah keluar dari rumah*) : Trus dia bawa apa ??!! Komputernya jadi dibawa ??!!
I : Henteu, tapi komputerna sudah ada di ruang tamu...
M : Pintu pagarnya langsung digembok aja. Kalau bukan waktunya Naila atau Mamah pulang, jangan dibuka... Kalau ada orang yang datang, JANGAN DIBUKA (*paranoidnya mulai keluar*)..
I : iya...iyaa..
M : bla...bla...blaa (nyerocos panjang lebar, menanyakan Reyhan dan Zahra, -Klo Naila jam segitu hari selasa, pasti masih Les Bahasa Inggris -, Sekali lagi ngasih JUKLAK, pagar HARUS dikunci, Pintu Garasi Harus digembok, Klo ada yang datang, orangnya ngga dikenal jangan dibukakan pintu, Nitipkan Reyhan dan Zahra sekali lagi kepada ke-2 orang PRT di rumah dst.).
Tapi toh tetap saja, ketika Mamah mematikan HP, Tangan Mamah masih gemetaran, Dada juga masih bergemuruh... deg-deg-an. Mamah melirik jam tangan, menimbang-nimbang, perlukah Mamah minta ijin untuk pulang sekarang juga ??!! Mencoba berfikir jernih, pada akhirnya Mamah memanjatkan doa, meminta kepada Yang Maha Kuasa, untuk melindungi Orang-orang yang Mamah cintai dari segala marabahaya...Amin.
Mamah menghubungi papah, dan menceritakan apa yang terjadi. Papah langsung nelpon ke rumah, dan Mamah yakin, Papa mengulangi lagi doktrin yang tadi sudah Mamah berikan baik kepada Bi Ade maupun pada Bi Isah.
Sisa jam kerja yang tinggal 2 jam lagi, serasa 2 tahun bagi Mamah. Mamah gelisah, bukan karena orang yang mengaku pa Budi itu sudah hampir berhasil melarikan komputer, melainkan kesadaran, bahwa tidak sampai 1 jam yang lalu Reyhan dan Zahra begitu dekat dengan bahaya. Apa yang terjadi jika penjahat itu tidak seorang diri ?? Apa yang terjadi jika dia kalap dan melakukan kekerasan ?? Audzubillahhi min dzalik.... Membayangkannya saja Mamah TIDAK MAU dan TIDAK MAMPU...
Begitu adzan ashar berkumandang, Mamah langsung bergegas ke mushola. Kali ini dalam doa sesudah sholat, Mamah meminta dengan lebih khusyu kepada Allah SWT ... Keselamatan bagi Naila, Reyhan dan Zahra dimanapun mereka berada... Saat itu hanya doa yang bisa Mamah panjatkan, Doa yang pada akhirnya bisa menentramkan dada yang tadinya bergemuruh, bisa menenangkan tangan yang tadinya tak henti bergetar. Sisa jam kerja sore itu, Mamah ngga bisa konsentrasi lagi.
Begitu sampai ke rumah, Mamah melihat langsung 'Sisa-sisa' kejadian tadi siang. Komputernya betul-betul sudah ada di ruang tamu. Sekali lagi bi Ade menceritakan kronologis kejadiannya, kembali dengan suara bergetar dan diakhiri dengan isakan, karena pada saat menceritakan kembali, baru terbit kesadaran, bahwa tadi, ketika berhadapan dengan 'pa Budi', dan mempertahankan komputer itu, bi Ade sedang menggendong Zahra dan menuntun Reyhan. Baru terbit pemikiran, BAGAIMANA KALAU beginiii.... BAGAIMANA KALAU begituuu...
Jadi kronologis kejadiannya adalah sebagai berikut:
Pukul 2 siang itu, bi Ade sedang menyuapi Zahra makan pisang di dalam rumah, sementara Isah sedang mengangkati jemuran di atas/loteng. Ketika tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Ketika diintip keluar dari balik tirai jendela, Bi Ade melihat seorang laki-laki berpakaian rapi, berjaket kulit coklat, sedang membuka pintu pagar dan membawa sebuah amplop. Mengira yang datang, hanya akan mengantarkan surat, Bi Ade (sambil menggendong Zahra) membuka pintu depan dan menerima amplop (Yang ternyata Billing Statement XL yang memang biasa kami terima setiap bulannya). Sambil memberikan amplop, itu laki-laki itu menatap bi Ade dan bertanya sambil lalu, apa Ibu sudah pulang?. Bi Ade menjawab dengan polos, Ibu pulangnya nanti sore jam 4. Kemudian pria itu berkata bahwa ia akan menulis pesan saja untuk ibu dan meminta dipinjami bolpoin.
Bi Ade kembali masuk ke dalam sambil menutup pintu depan dan tak lupa menguncinya kembali, untuk mengambilkan bolpoin. Pada saat Bi Ade membukakan pintu kembali untuk memberikan bolpoin inilah, tiba-tiba pria itu menerobos masuk, sambil berbicara ke HPnya dengan suara keras: "Iya... Bu .. ini saya, Pa Budi sudah di rumah Ibu. Jadi barangnya saya ambil sekarang saja ya Bu untuk diperbaiki". Pria itu LANGSUNG berjalan masuk ke ruang keluarga, dimana Reyhan sedang duduk menonton DVD, dan menuju meja komputer, dan kemudian menulis pada secarik kertas, Surat yang menurutnya berisi pesan yang ditujukan untuk Ibu.
Pada saat inilah Bi Ade memanggil-manggil Isah. Ketika Isah datang menghampiri, orang tersebut lalu menyodorkan kertas yang sudah ditulisinya dengan pesan, supaya disampaikan pada ibu nanti sore jika ibu pulang. Dia langsung berlutut, dan mulai melepaskan kabel-kabel yang menancap pada PC kami. Dia bahkan sempat meminta tolong pada Isah, untuk memegangi Speaker, dan sempat menasihati Isah untuk berhati-hati takut kesetrum. Sambil mencabuti kabel, bisa-bisanya orang tersebut berbasa-basi, bertanya pada Bi Ade, sambil menatap Reyhan dan Zahra: Ini anak-anaknya ?? (*pada saat bercerita bagian inilah bi Ade mulai terisak, ketika menceritakan kembali kejadian ini pada Mamah. Bi Ade baru sadar betapa dekatnya Reyhan dan Zahra saat itu dengan bahaya*). Sekali lagi orang itu bertanya familiar pada Isah, kalau bapak biasanya pulang jam berapa?. Isah menjawab dengan polosnya, Bapak kerja di Jakarta, pulangnya seminggu sekali. *HALAH !!! Mamah ngga bisa marah, karena baik Isah maupun bi Ade, sama-sama menyatakan tidak sadar, apa mungkin dihipnotis yaa??*
Melihat orang tersebut mempreteli kabel komputer, dengan Zahra -yang menangis karena takut pada orang asing- dalam gendongan, dan Reyhan dalam genggaman tangan, Bi Ade mengucapkan istigfar 3x, dan kemudian TIBA-TIBA Bi Ade ingat untuk menelpon Mamah terlebih dahulu. Tapi ketika bi Ade meminta orang itu untuk menunggu terlebih dahulu, karena Bi Ade akan menelpon mamah, Laki2 itu membentak: TIDAK USAH, saya kan baru saja nelpon ibu !!.
Ketika laki2 itu mulai mengangkat komputer, Bi Ade memintanya untuk menurunkan komputer itu kembali dan mulai mengangkat telpon. Melihat Bi Ade menelpon, laki2 itu akhirnya meletakkan kembali komputer yang sudah dibawanya dari ruang tengah di ruang tamu, kemudian merebut kembali kertas yang tadi ditulisinya dari tangan Isah, sambil berkata gusar: YA SUDAH !!!. Nanti saja saya kembali lagi jam 4. Dia langsung keluar, berlari ke arah motornya, menghidupkan motornya, kemudian melaju tanpa menoleh lagi.
Membayangkan orang tersebut sudah masuk ke ruang tengah, yang berarti dia punya keleluasaan untuk memperhatikan keadaan rumah, karena konsep rumah kami yang bersifat 'terbuka', dimana dari ruang tengah, orang bisa leluasa melihat ruang makan, melihat halaman belakang, tangga ke atas, melihat-lihat barang-barang yang ada di rumah kami, Mamah bergidik. Terus terang Mamah takut, tapi Mamah harus memperlihatkan 'ketenangan' minimal di depan Bi Ade yang nyaris histeris, ketika menceritakan kembali kejadian itu. Kalau Mamah ikutan panik dan ketakutan, seisi rumah bisa-bisa ketakutan juga.
Tapi toh malam harinya Mamah tidak bisa tidur. Padahal sebelum tidur, Mamah sdh memeriksa kembali semua pintu, dua kali malah. Rumah yang selama ini dianggap sebagai tempat berlindung, tempat yang aman untuk kami, ternyata hari ini dimasuki oleh orang jahat. Cerita-cerita pencurian dengan kekerasan dengan menggunakan modus seperti diatas sudah sering Mamah baca di media. Ini juga yang menyebabkan bi Ade histeris, karena tidak sampai 6 bulan yang lalu, kerabatnya bi Ade (Eli) yang kerja sebagai PRT di salah seorang Tante Mamah, juga mengalami perampokan di siang bolong. Eli sempat diseret dan disekap di kamar mandi, sementara perampoknya dengan leluasa menguras kotak perhiasan, HP, dan barang2 elektronik dari rumah Tanteku. Bi Ade tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Zahra dan Reyhan saat itu dicelakai oleh penjahat tadi... Ah.. Mamah pun TIDAK MAU membayangkannya.
Mamah takut... Setiap bunyi keretak malam itu ... memaksa Mamah untuk menajamkan pendengaran, memastikan bunyi apa itu. Walaupun akhirnya Mamah sadar, Mamah harus pasrah. Toh Mamah sudah berdoa. Mamah pasrahkan ketakutan Mamah pada Allah SWT.
Ya Allah... lindungilah anak-anakku, papa dan semua orang-orang yang kucintai dari segala marabahaya. Hanya kepada-MU lah Ya Allah .. aku berserah diri. Amin.
updated:
Di saat kehebohan itu terjadi sepanjang siang dan sore hari, Reyhan sama sekali tidak berkomentar. Tapi tadi pagi, ketika bangun tidur, dan duduk di depan TV, tiba-tiba saja Reyhan nyeletuk: "Mamah kemarin komputer mamah hampir saja dicuri". Mamah peluk Reyhan, sambil sekali lagi berucap syukur pada Yang Maha Kuasa, bahwa skenario buruk kemarin tidak terjadi di rumah kami.
Aduh mba...merinding bacanya. Syukur Alhamdulillah Reyhan, Zahra dan semuanya ga knapa ya...Moga keluarga selalu dilindungi oleh Allah SWT...